Senin, 28 Maret 2016

DISORIENTASI GERAKAN PADA KELOMPOK MAHASISWA



DISORIENTASI GERAKAN PADA KELOMPOK MAHASISWA
Mahasiswa yang disebut sebagai  agent of change. Agen  merupakan istilah yang sering diungkapkan oleh Anthony Gidden untuk menjelaskan disparitas (perbedaan) antara struktur dan aktor. Menurutnya mahasiswa dikatakan sebagai aktor (agency) yang memiliki peran untuk meproduksi dan mereproduksi struktur dalam tatanan sosial yang mapan. Jadi agen mampu untuk merubah dan menghasilkan struktur-struktur baru jika tidak menemukan kepuasan dari struktur yang sudah ada sebelumya. Struktur merupakan seperangkat aturan (rule) dan sumber daya (resource) atau seperangkat hubungan transformasi yang diorganisasikan secara rekursif sebagai sifat-sifat sosial.
Selain itu, identitas yang juga dilekatkan pada mahasiswa adalah agent of sosial control. Disinilah sebenarnya mahasiswa dipertaruhkan. Mahasiswa seolah-olah berada dalam sistem, namun diluar struktur. Sosok yang selalu ikut andil dalam setiap gerakan perubahan sosial di Indonesia dan sekaligus sosok yang memiliki kesadaran kritis yang peka terhadap segala bentuk penindasan, dan selalu resisten terhadap the dominant ideologi, independent Beberapa identitas diatas merupakan sebagian dari tanggung jawab yang dimiliki oleh mahasiswa yang terkandung dalam Tri Dharma perguruan tinggi yang terbagi menjadi tiga bentuk, yaitu: tanggung jawab intelektual, tanggung jawab sosial, dan tanggung jawab moral. Seluruh tanggung jawab mahasiswa berorientasi pada tiga hal tersebut. Sedangkan identitas-identitas diatas juga telah tercakup dalam hal itu.
Penyematan beberapa identitas dan tanggung jawab kepada mahasiswa tersebut cukup beralasan. Karena dikalangan mereka lebih cepat terjadi keinginan untuk mengadakan revisi terhadap harapan sosial yang dikenakan kepada mereka. Mereka lebih peka terhadap kehidupan sosial. Disamping itu, mereka lebih mempunyai kemungkinan untuk tampil sebagai pengganti pimpinan masyarakat dan Negara. Mereka juga memiliki kesempatan yang lebih besar untuk menjadi pembaharu sosial, baik sebagai intelektuil maupun intelegensia.
Sejatinya sebuah pergerakan mahasiswa terlahir dengan adanya sebuah cita-cita yang luhur, visi-misi yang jelas, serta kemauan kuat membangun bangsa ini dari keterpurukan. Namun, yang terjadi saat ini sangat jauh berbeda dari tujuan berdirinya sebuah pergerakan tersebut. Pola pengaderan yang salah atau melencengnya ideologi pergerakan membuat arah dan tujuan berubah, langkah menjadi tidak pasti, tidak tegas, dan cenderung mementingkan kepentingan kelompok.
Kampus dijadikan sebuah ladang garapan banyak pihak yang mengaku peduli akan cita-cita revolusioner, peduli akan nasib bangsa, pendidikan, dan lain-lain. Namun, pada kenyataannya, pergerakan mahasiswa saat ini lebih cenderung memikirkan bagaimana visi kelompok terwujud lebih cepat. Bahkan beberapa pergerakan saat ini dijadikan sebuah sarana pengaderan dan perpanjangan partai politik yang mengatasnamakan gerakan peduli rakyat, demokrasi, antikorupsi dan sebagainya
Lembaga-lembaga kemahasiswaan yang ada di lingkup kampus saat ini menjadi lahan basah dan rebutan banyak pihak dalam rangka memperluas ekspansi kekuasaan para penggerak pergerakan mahasiswa
Hal ini sudah menjadi rahasia umum bagi sivitas akademika kampus yang sadar politik dan tahu betul tingkah pola para aktivis pergerakan ini. Belum lagi pergerakan tertentu yang mengaku berideologi Islam, tetapi sangat jauh dari nilai-nilai keislaman itu sendiri, baik dari segi akhlak, pengetahuan, dan kredibilitas sangat jauh apabila disandingkan dengan nilai-nilai keislaman.
Namun sayang, dengan hadirnya berbagai organisasi berlabel kemahasiswaan –baik resmi, maupun taktis saat ini, demonstrasi kadang hanya menjadi arena pengukuhan eksistensi ormawa. Lihat saja dalam beragam aksi yang diberitakan, kibaran bendera dan panji-panji keorganisasian seakan berebut mencari tempat, agar disorot kamera. Fenomena tersebut, memunculkan asumsi tentang disorientasi gerakan ormawa saat ini.
Meningkatnya jumlah ormawa di era reformasi, menandakan adanya keragaman ideologi, pola dan orientasi gerakan mahasiswa saat ini. Ditambah lagi dengan kebijakan otonomi daerah, yang menyebabkan semakin terpecahnya fokus kontrol mahasiswa terhadap sebuah rezim pemerintahan. Ini saya buktikan ketika mengikuti sebuah forum yang mempertemukan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) secara nasional. Berkali forum hampir pecah, karena ketidak sepahaman agenda dan issu yang diusung. Hampir semua BEM berkeinginan agar issu di daerahnya diangkat bersama, menjadi issu nasional.
Di internal kampus, egosentris ormawa seakan bermuara. Lihat saja dalam setiap perhelatan Pemilu Raya Mahasiswa, sebuah agenda tahunan untuk suksesi kepemimpinan BEM dan setingkatnya, semua ormawa –ekstra maupun intra kampus- berebut tempat di hati mahasiswa, agar dipilih menjadi presiden mahasiswa, senat, maupun anggota Badan Perwakilan Mahasiswa. Lucunya, dalam agenda yang biasanya berlangsug hanya sebulan itu, teman satu kosan bisa menjadi musuh yang paling gila.
Seperti contoh pergerakan yang berbaur islami, tentunya akan lebih bisa berpolitik santun, bermartabat, dan bisa membawa nilai-nilai Islam sebagai karakter kader maupun organisasinya. Bukan merebut kekuasaan lembaga kampus dengan cara-cara licik dengan sengaja menciptakan kekacauan, merusak tatanan prosedural kelembagaan dengan cara-cara kasar, hanya untuk merebut kekuasaan lembaga kemahasiswaan di tingkat jurusan, fakultas, maupun universitas.
Fakta-fakta lainnya, mahasiswa juga ikut serta mencalonkan diri jadi calon legislatif melalui partai politik. Kecenderungannya tentu adalah menaikkan kepopulerannya, dari pada membela masyarakat bawah yang terlunta-lunta karena jepitan ekonomi, mahalnya pendidikan, dan kesenjangan sosial. Al hasil, mahasiswa menjadi alat partai politik yang cukup meyakinkan.
Ini juga tidak terlepas dari organisasi mahasiswa (ormawa) yang ada di kampus. Mahasiswa menjadi terkotak-kotakkan melalui ideologi kepentingan dari setiap kelompok kepentingan yang berbeda. Di kampus banyak terdapat organisasi mahasiswa di atantaranya, HMI, GMNI, PMII, IMM, KAMMI, FMN, dan banyak lagi lainnya seperti Gema Pembebasan. Dan partai politik yang mempunyai tangan panjang terhadap organisasi mahasiswa tersebut adalah, PDI-P, PKS, PKB-PPP (NU), ini adalah fakta, bukan lagi rahasia.
Catatan emas yang dititahkan oleh mahasiswa terdahulu memang tidak dapat kita lupakan hanya sebatas gerakan seremonial. Gerakan mahasiswa sudah memberikan kontribusi besar terhadap perubahan bangsa ini secara sosial, politik dan budaya. Soe Hok Gie dan Arif Rahman Hakim adalah beberapa aktivis yang menumbangkan rezim Orde Lama. Kemudian Hariman Siregar dengan lembaga kemahaiswaannya yang sangat radikal yang di kenal dengan sebutan Malari tahun 1974. Dan pada Mei 1998 mampu menjatuhkan rezim Orde Baru yang menghasilkan era Reformasi.
Di sisi lainnya, organisasi mahasiswa mempunyai banyak kader dan anggota. Hal ini cukup riskan menjelang pemilihan umum 2014 mendatang. Mahasiswa sebagai pemilih pemula mempunyai pengaruh signifikan untuk menambah suara pemenangan suatu partai politik, caleg, dan presiden. Hampir 30% suara pemilih pemula untuk pemilihan umum 2014 mendatang.
Jika dilihat, ternyata gerakan mahasiswa telah mengalami pergeseran. Sadar atau tidak, hal itu telah menggerogoti tubuh mahasiswa.  Dapat dinyatakan bahwa jati diri mahasiswa mengalami pengaburan. Disorientasi visi dan pergeseran esensi gerakan. Seakan-akan gerakan kemahasiswaan pun hanya menjadi kendaraan bagi suatu ideologi tertentu. Akhirnya terkadang tak terkendali. Penyimpangan demi penyimpangan pun terjadi.
Gerakan mahasiswa pada saat ini terkesan mengalami degradasi moral. Para mahasiswa terlihat lebih anarkis dalam menyampaikan pendapat dan kritikan ke pemerintah. Perbuatan yang dilakukan para mahasiswa itu lebih banyak menggunakan kekerasan yang merupakan salah satu dari sekian banyak aspek degradasi moral.
1.      Hubungan Gerakan Mahasiswa dan Degradasi Moral
Degradasi adalah kemunduran, kemerosotan, penurunan, (tentang mutu, moral, pangkat). Menurut kamus umum bahasa Indonesia, moral adalah baik buruk perbuatan dan kelakuan. Moral adalah tatanan perilaku yang memuat nilai-nilai tertentu untuk dilakukan individu dalam hubungannya dengan individu, kelompok, atau masyarakat.
Istilah moral berasal dari kata latin ‘mos’ (moris), yang berarti adat istiadat, kebiasaan, peraturan, nilai-nilai atau tata cara kehidupan. Sedangkan moralitas, merupakan kemauan untuk menerima dan melakukan peraturan, nilai-nilai atau prinsip-prinsip moral.
Jadi, dapat disimpulkan degradasi moral adalah penurunan tingkah laku manusia akibat tidak mengikuti hati nurani karena kurangnya kesadaran diri terhadap kewajiban mutlak.
Menurut Thomas Lickona, ada 10 aspek degradasi moral yang melanda suatu negara yang merupakan tanda-tanda kehancuran suatu bangsa, antara lain:
1.      Meningkatnya kekerasan pada remaja.
2.      Penggunaan kata-kata yang memburuk.
3.      Pengaruh peer group (rekan kelompok) yang kuat dalam tindak kekerasan.
4.      Meningkatnya penggunaan narkoba, alkohol dan seks bebas.
5.      Kaburnya batasan moral baik-buruk.
6.      Menurunnya etos kerja.
7.      Rendahnya rasa hormat kepada orang tua dan guru.
8.      Rendahnya rasa tanggung jawab individu dan warga negara.
9.      Membudayanya ketidakjujuran.
Dari aspek diatas dapat kita lihat bahwa gerakan mahasiswa yang sekarang ada sudah mengalami degradasi (kemerosotan) moral. Mahasiswa dan gerakannya yang senantiasa mengusung panji-panji keadilan, kejujuran, selalu hadir dengan ketegasan dan keberanian. Walaupun memang tak bisa dipungkiri, faktor pemihakan terhadap ideologi tertentu turut pula mewarnai aktifitas politik mahasiswa yang telah memberikan kontribusinya yang tak kalah besar dari kekuatan politik lainnya. Mahasiswa yang merupakan sosok pertengahan dalam masyarakat yang masih idealis namun pada realitasnya terkadang harus keluar dari idealitasnya. Pemihakan terhadap ideologi tertentu dalam gerakan mahasiswa memang tak bisa dihindari.
2.      Revitalisasi Gerakan Mahasiswa
Gerakan mahasiswa yang semakin menyimpang membutuhkan suatu perubahan agar gerakan mahasiswa tersebut berjalan sebagaimana seharusnya, Revitalisasi berarti proses, cara, dan perbuatan menghidupkan kembali suatu hal yang sebelumnya kurang terberdaya. Pengertian melalui bahasa lainnya revitalisasi bisa berarti proses, cara, dan atau perbuatan untuk menghidupkan atau menggiatkan kembali berbagai program kegiatan apapun. Atau lebih jelas revitalisasi itu adalah membangkitkan kembali vitalitas. Jadi, pengertian revitalisasi ini secara umum adalah usaha-usaha untuk menjadikan sesuatu itu menjadi penting dan perlu sekali.
Gerakan mahasiswa saat ini mesti ditafsirkan ulang secara lebih aktual dan kontekstual sesuai dengan perkembangan sosio-kultural kehidupan masyarakat Indonesia. Dalam hal inilah mahasiswa harus memiliki kepekaan terhadap dinamika perubahan kehidupan sosial bangsa ini.
Oleh sebab itulah revitalisasi gerakan mahasiswa harus dilakukan, karena hal itu menjadi salah satu kunci keberhasilan untuk melakukan perubahan. Untuk mewujudkan hal tersebut, maka tindakan yang harus diambil oleh mahasiswa adalah membangun kesadaran bahwa perubahan tidak bisa dilakukan hanya dengan mengkritisi berbagai kebijakan publik dan politik yang dikeluarkan oleh pemerintah.
Akan tetapi perubahan dapat dilakukan dengan cara menciptakan konseptualisasi-konseptualisasi teoritis baru guna menyelesaikan berbagai persoalan sosial yang sedang dihadapi masyarakat. 
Untuk merevitalisasi gerakan mahasiswa dapat dilakukan dalam berbagai hal-hal positif, antara lain:
1.      Ciptakan aliansi strategis mahasiswa dan akademisi dalam menciptakan Indonesia yang lebih baik dan maju di masa depan.
2.      Mensosialisasikan pendidikan politik yang beretika melalui pendidikan formal, pelatihan, dialog, dan informasi.
3.      Mewaspadai dan mengantisipasi fenomena delegitimasi gerakan mahasiswa melalui konseptuliasasi gerakan, keniscayaan etika gerakan, memupuk kepekaan terhadap nilai-nilai kebenaran yang lebih hakiki.
Selain itu kita bisa melakukan pendekatan dengan cara melakukan entitesis terhadap budaya kekerasan dengan jalan menghadirkan budaya tandingan baru, yaitu budaya perdamaian atau budaya anti kekerasan. Dengan menumbuhkan budaya perdamaina berarti menindakan budaya kekerasan
Kita juga harus meningkatkan kapasitas keilmuan dengan membiasakan membaca dan berdiskusi. Bisa dikatakan, tradisi diskusi di kampus-kampus meredup. Padahal, ini bagian dari penguatan demokrasi. Dengan terbiasa berdiskusi, kita akan mudah memahami persoalan dengan baik. Dan, bisa belajar menghargai pendapat. Tanpa kultur diskusi yang kuat, sulit buat mahasiswa memahami persoalan bangsa secara integral.
Fokus pergerakan yang efektif dilakukan saat ini adalah dengan melakukan pembinaan terhadap individu-individu mahasiswa agar terbentuk komunitas mahasiswa yang berakhlak dan bertauhid murni. Sebagaimana gerakan Rasululullah Saw. dalam membentuk dan merubah arab jahiliyah.
Gerakan mahasiswa sepatutnya harus merevisi patron gerakannya untuk diarahkan dan dibangun di atas prinsip-prinsip ilmiah, budaya ilmu dan diskusi, membaca dan menulis. Budaya berpikir dan berdzikir, tadabbur dan tafakkur. Hingga akan muncul semangat perubahan yang mengarah kepada perubahan berbasis paradigma tauhid. Karena itu jangan pernah berharap akan terjadi perubahan, jika ruh gerakan pembaruan gerakan mahasiswa adalah budaya-budaya hasil warisan jahiliah. Revitalisasi gerakan mahasiswa di Indonesia memiliki harapan agar peran gerakan mahasiswa akan kembali kuat dan signifikan dalam membuat perubahan positif di Indonesia.
Revitalisasi Gerakan Mahasiswa mengajak para Mahasiswa, pemuda yang diharapkan dapat meningkatkan kwalitas Bangsa ini menjadi yang lebih baik. Generasi penerus bangsa yang diharapkan mampu meneruskan perjuangan para pendahulu mereka. Perubahan perlu dilakukan, karena Mahasiswa memiliki tiga peran penting yaitu Agent of change, Sosial Control, dan Iron Stock. Salah satunya terdapat kata bahwa Mahasiswa adalah Agent of change, Perubahan yang dimaksudkan adalah perubahan besar yang mampu berdampak positif untuk Bangsa ini tanpa mengurangi Ideologi Bangsa itu sendiri. Dengan adanya hal ini diharapkan Mahasiswa lebih Pro-Aktif lagi dalam menerima segala jenis masalah yang ada dibangsa ini tau bisa dikatakan bahwa Mahasiswa harus lebih peka lagi terhadap masalah Nasional Bangsa ini. Sebagai calon atau kader-kader pemimpin Bangsa, mahasiswa berhak mengerti dari sekarang. Janganlah hanya berdiam diri tanpa ada tindakan untu menuju perubahan yang lebih baik.













PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian makalah yang sudah kami buat, maka kami dapat menyimpulkan sebagai berikut :
1.      Menurut kamus Disorientasi adalah
·            kekacauan kiblat, kesamaran arah:  pandangan akan timbul apabila terdapat kesenjangan antara organisasi sosial dan sistem nilai kebudayaan
2.      Disorientasi gerakan pada kelompok mahasiswa merupakan penyimpangan yang terjadi pada kelompok mahasiswa. Maksudnya yaitu perbedaan pendapat yang terjadi antar mahasiswa yang menimbulkan disorientasi, dan mempunyai visi dan misi yang berbeda dengan yang seharusnya.
3.      Gerakan mahasiswa adalah gerakan yang berdasarkan kolektifitas sebuah komunitas intelektual yang bergerak untuk mengubah tatanan masyarakat dan bangsa ke arah yang lebih sejahtera, madani, bermoral dan sarat akan nilai-nilai kebangsaan.
4.      Gerakan mahasiswa pada saat ini terkesan mengalami degradasi moral. Para mahasiswa terlihat lebih anarkis dalam menyampaikan pendapat dan kritikan ke pemerintah. Perbuatan yang dilakukan para mahasiswa itu lebih banyak menggunakan kekerasan yang merupakan salah satu dari sekian banyak aspek degradasi moral. Revitalisasi Gerakan Mahasiswa mengajak para Mahasiswa, pemuda yang diharapkan dapat meningkatkan kwalitas Bangsa ini menjadi yang lebih baik. Generasi penerus bangsa yang diharapkan mampu meneruskan perjuangan para pendahulu mereka. Perubahan perlu dilakukan, karena Mahasiswa memiliki tiga peran penting yaitu Agent of change, Sosial Control, dan Iron Stock. Salah satunya terdapat kata bahwa Mahasiswa adalah Agent of change, Perubahan yang dimaksudkan adalah perubahan besar yang mampu berdampak positif untuk Bangsa ini tanpa mengurangi Ideologi Bangsa itu sendiri. Dengan adanya hal ini diharapkan Mahasiswa lebih Pro-Aktif lagi dalam menerima segala jenis masalah yang ada dibangsa ini tau bisa dikatakan bahwa Mahasiswa harus lebih peka lagi terhadap masalah Nasional Bangsa ini. Sebagai calon atau kader-kader pemimpin Bangsa, mahasiswa berhak mengerti dari sekarang. Janganlah hanya berdiam diri tanpa ada tindakan untu menuju perubahan yang lebih baik.
B.       Saran
Dengan merevitalisasi gerakan mahasiswa diharapkan agar mahasiswa lebih peka menganggapi permasalahan yang terdapat di Indonesia ini, serta lebih mengutamakan rasional dan bukan emosional. Karena orang-orang pemerintahan yang masih memiliki hati nurani pasti akan mendengarkan aspirasi mahasiswa, jika mahasiswa menyampaikan pendapatnya tanpa kekerasan dan perbuatan yang merusak fasilitas Negara


http://sosbud.kompasiana.com/2010/03/23/disorientasi-100378.htmlDisorientasi Independensi Mahasiswa


Tidak ada komentar:

Posting Komentar