Minggu, 20 Maret 2016



SUPERVISI KLINIS

“Sesulit apapun pembelajaran, ada solusinya dengan pembelajaran”

A.    Pendahuluan

Tugas guru pada umumnya cukup kompleks sehingga baik pada prajabatan maupun berada dalam pekerjaanya, untuk itu dituntut sejumlah pengetahuan dan perangkat keterampilan yang berkaitan dengan jabatan dan profesinya. Tugas seorang guru khususnya dalam kegiatan pembelajaran dikerjakan sendiri bertahun-tahun tanpa mendapat koreksi dan pembinaan yang tepat dan wajar dari siapapun juga, padahal dalam kenyataannya ia masih memerlukan pertolongan. Kegiatan memberikan bantuan kepada guru dalam pertumbuhan jabatannya sebagai guru disebut suoervisi dan orang yang berfungsi memberikan bantuan tersebut biasanya disebut supervisor.

Dalam sejarah perkembangannya mula-mula tugas supervise dibebankan kepada orang “awam” yang begitu paham dengan tugas dan fungsi supervise itu sendiri melainkan bertindak seperti pengawas. Mereka mengawasi/menginspeksi sekolah dan guru untuk menilai sarana sekolah serta kemajauan belajar para siswa. Namun dalam pelaksanannya di lapangan membantu guru dalam memperbaiki cara mengajarnya tidak di jadikan perthatian utama oleh para inspektur tersebut. Pengawasannya lebih bersifat administrative, sedangankan keterampilan mendiagnosis untuk menganalisis cara mengajar kurang mendapat perhatian. Kurangnya pengetahuan tentang apa yang dimaksud tingkah laku belajar yang efektif dan terampil mengurangi peranan para supervisor sebagai seorang yang ahli dalam menilai keterampilan mengajar guru. Alasan lain bahwa jumlah rasio guru tidak seimbang dengan tenaga supervisor, sehingga untuk membuat supervise itu lebih bermakna merupakan harapan yang dipandang kurang realistis. Pada pihak lain kebanyakan guru tidak suka di supervise walaupun sesungguhnya itu merupakan suatu keharusan bagi guru.

Pada umumnya guru secara diam-diam menentang supervise dan berpendapat hal tersebut tidak banyak membantu. Mereka sebenarnya “benci”, bukan terhadap supervise itu sendiri, melainkan terhadap gaya supervise yang mereka terima. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal sebagai beriku :

1.      Supervisi disamakan dengan evaluasi

2.      Supervisi dilakukan untuk menjalankan tugas bukan karena atas dasar kebutuhan

3.      Supervisi dilakukan secara tradisional

4.      Supervisor kurang menguasai tugas-tugas dan teknik-teknik supervise, sehingga cenderung menonton dan tidak sistematis, bersifat sangat subjektif dan tidak terukur.

Sebagian dari alasan-alasan tersebut diatas menyebabkan peranan supervise dalam lembaga pendidikan khususnya disekolah menjadi sangat lemah. Akan tetapi meskipun demikian, kegiatan supervise berangsur-angsur mulai mendekati fungsinya, artinya mulai beralih dari orang “awam” kepada orang-orang yang lebih berkompeten dan professional dan juga menggunakan manajemen yang bersifat ilmiah. Dalam kaitan inilah konsep supervise klinis muncul dengan penekanan tujuan pada usaha membantu guru memperbaiki penampilan mengajar mereka.

Dalam supervise pendidikan ada beberapa model yang dapat dilakukan, di antaranya model supervise konvensional, model ilmiahmodel klinis, model artistic. Supervisi klinis merupakan bantuan bagi guru dalam memperbaiki dan meningkatkan keterampilan mengajarnya dan dapat dilaksanakan untuk kepentingan calon guru dalam pendidikan pra-jabatan maupun latihan dalam jabatan.

1.      Supervisi klinis pada prinsipnya dilaksankan bersama dengan pengajaran mikro dan terdiri dari tiga kegiatan pokok yaitu : pertemuan pendahuluan (pre-Conference) observasi mengajar dan pertemuan balikan (post-Conference)

2.      Supervisi klinis merupakan suatu keperluan mutlak bagi guru maupun supervisor untuk memperolah pengetahuan, keasadaran dan menilai tingkah laku dalam profesinya sendiri. Bagi guru berdasar kemampuannya sendiri untuk mengubah tingkah laku mengajarnya dikelas kearah yang lebih baik dan terampil bagi supervisor untuk menambah pengetahuan, pengalaman, serta kemampuannya di dalam memberikan bimbingan.

3.      Pendekatan yang dilakukan dalam proses supervise klinis adalah pendekatan professional dan humanistis.

4.      Program supervise klinis hendaknya terus dapat dilaksanakan dilembaga pendidikan tenaga kependidikan guna meningkatkan kemampuan professional guru

5.      Pengorganisasian program supervise klinis dalam hubungan dengan latihan pengajaran mikro perlu disempurnakan terutama dalam rangka praktek kependidikan bagi calon guru.

 

B.     Pengertian Supervisi Klinis

Supervisi klinis adalah supervise yang difokuskan pada perbaikan pembelajaran melalui siklus yang sistematis mulai dari tahap perencaaan, pengamatan dan analisis yang intensif terhadap penampilan pembelajarannya dengan tujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran.

Sedangkan Keith Achesson dan Meredith D. Call, menyatakan bahwa supervise klinis adalah proses membantu guru memperkecil jurang antara tingkah laku mengajar yang ideal.

Secara teknis bahwa supervise adalah suatu model supervise yang terdiri dari tiga fase : ertemuan perencanaan, observasi kelas, dan pertemuan balikan.

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa supervise adalah suatu proses bimbingan yang bertujuan untuk membantu pengembangan professional guru/ calon guru, khususnya dlam penampilan mengajar berdasarkan observasi dan analisis data secara teliti dan ojektif sebagai pegangan untuk perubahan tingkah laku mengajar tersebut. Istilah klinis dalam definisi ini menunjuk kepada unsur-unsur khusus sebagai berikut :

1)      Adanya hubungan tatap muka anatara supervisor dan guru di dalam proses supervise

2)      Fokus pada tingkah laku yang sebenarnya dari guru di dalam kelas

3)      Observasi secara cermat

4)      Pendeskripsian data observasi secara terperinci

5)      Supervisor dan guru secara bersama-sama menilai penampilan guru

6)      Fokus observasi sesuai dengan kebutuhan dan penampilan guru

Jadi focus supervise klinis adalah penampilan guru secara nyata di kelas, termasuk pula guru sebagai peserta atau partisipasi aktif dalam proses supervisi tersebut.

C.    Karakteristik Supervisi Klinis 

                        Dari pengertian supervise klinis tersebut di atas, dapat diuraikan beberapa karakteristik supervise klinis sebagai berikut :

a.       Perbaikan dalam mengajar mengharuskan guru memperbaiki keterampilan intelektual dan bertingkah laku yan spesifik

b.      Fungsi utama supervisor ialah mengajarkan beberapa keterampilan kepada guru atau calon guru yaitu :

i.        Kereampilan mengamati dan memahami (mempersepsi) proses pengajaran secara analitis

ii.      Keterampilan mengaanalisis proses pengajaran secara rasional berdasarkan bukti-bukti pengamatan yang jelas dan tepat

iii.    Keterampilan dalam pembaharuan kurikulum, pelaksanaan, serta percobaan.

iv.    Keterampilan dalam mengajar

c.       Fokus supervise klinis adalah pada perbaikan cara mengajar dan bukan mengubah kepribadian guru.

d.      Fokus supervise klinis dalam perencanaan dan analisis merupakan pegangan dalam pembuatan dan pengujian hipotesis mengajar  yang didasarkan atas bukti-bukti pengamatan.

e.       Instrumen yang disusun atas dasar kesepakatan antara supervisor dengan guru.

f.       Balikan atau  (feedback) yang diberikan harus secepat mungkin dan sifatnya objektif.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar